Aceh, 24 Desember 2006

Written by vacancy-info on Tuesday, March 10, 2009 at 11:08 PM



Minggu pagi 24 des 2004, tidak ada yang menyangka bahwa hari itu akan terjadi satu peristiwa yang membuat dunia terkejut dan mengubah banyak hal di daerah aceh. pagi itu cuaca pagi sangat sejuk banyak orang yang melakukan olahraga. ada yang lari pagi, ada yang ke blangpadang untuk senam bersama pak walikota ada yang hanya sekedar jalan-jalan menikmati suasana pagi dan bahkan ada yang bermain dan menikmati ombak di pantai. siapa sangka ombak itu yang akan jadi pembunuh, nobodyknows.

kira-kira jam 8.30 bumi terasa bergetar, awalnya pelan lalu makin lama makin kuat. suara derak rumah yang mulai retak mulai terdengar, manusia menjerit-jerit mengucapkan kalimat thaybah, anak-anak mulai menjerit ketakutan. suasana mulai tampak seperti perang. swalayan yang terkenal di banda aceh yang bernama pante pirak terlihat hancur dan runtuh, begitu juga dengan bharata yang lokasinya berada di samping Mesjid Raya Baiturrahman mulai jatuh ke tanah. Penduduk banda aceh tercengang melihat hal itu, bagaimana tidak ini merupakan gempa terdahsyat selama 40 tahun terakhir yang menghantam Asia tenggaran dan Asia Selatan. pusat gempa pada saat itu diperkirakan pada bujur 3,298° LU dan 95,779 BT kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 8,9 menurut skala Richter.

kira-kira 5 menit jeda waktu setelah gempa bumi berhenti, keadaan mulai tambah kacau.Di lamdingin misalnya, sebuah desa yang hanya terletak 1 km dari bibir pantai kuala. tiba-tiba dari arah laut muncul seorang laki-laki mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi sambil berteriak "Ie laot di ek, kapluung..kapluung" (air laut naik, lariii..lariii). masyarakat yang mendengar itu sontak terkejut dan menoleh ke arah laut mereka melihat bahwa dari arah laut nampak ada "awan hitam" berjalan kearah mereka. mereka tidak menyangka bahwa itu adalah tsunami yang sedang menebar maut. masyarakat mulai berteriak ketakutan dan mereka berlari menyelamatkan diri masing-masing, yang sempat membawa anak lari dengan anak, ada yang menggunakan mobil, sepeda motor tapi kebanyakan hanya berlari dengan kaki mereka semampunya. jalan pada saat itu tidak mampu menampung manusia yang tumpah ruah yang berlarian menyelamatkan diri. ironis memang, tapi memang sudah ketentuan Tuhan memberikan cobaan atau bencana? dihari minggu tersebut.
Mereka tidak bisa berbuat apapun saat tsunami menghantam apa yang dilewatinya, seperti ban mobil yang menggilas apa yang dilewatinya. suara derak rumah yang hancur dan jeritan manusia jadi satu, siapa yang sanggup menahan kekuatan ombak tersebut yang bergerak 800 km/jam??? ombak datang dalam 3 tahap, ada tiga ombak yang menghantam daratan pada saat itu dan yang paling besar menurut masyarakat adalah ombak yang datang pada kali kedua. manusia pada saat itu berusaha menyelamatkan diri masing-masing, mereka berlarian kemana saja yang penting menghindar dari gelombang maut tersebut. ada yang terus berlari sampai akhirnya disapu oleh gelombang, ada yang memanjat atap rumah, pohon, bahkan kubah mesjid. sesuatu yang mungkin tidak bisa dilakukan dalam keadaan normal. mereka yang pada saat itu menyelamatkan diri dengan memanjat atap dsb hanya bisa melihat keganasan ombak tanpa bisa berbuat apapun. hanya air mata, zikir dan doa yang bisa mereka lakukan pada saat itu, berdoa agar bisa keluarga mereka selamat dari musibah ini. Mayat berserakan dimana-manadari yang balita sampai dengan yang tua.
2,5 km banda aceh dihancurkan oleh tsunami. 200 ribu penduduk telah jadi korban,bertahun-tahun kota banda aceh ditata sedemikian rupa tapi tsunami datang menghancurkannya dalam waktu yang hanya beberapa menit saja.

1 Responses to "Aceh, 24 Desember 2006"

Comment by Lilis Setyowati
November 2, 2012 at 12:32 AM #

Sebagai tambahan informasi bisa baca di link berikut ini : http://research.mercubuana.ac.id/proceeding/Kommit2004_psikologi_015.pdf